Kau terluka lagi dari cinta rumit yang kau jalani
Aku ingin kau merasa kamu mengerti aku mengerti kamu
Aku ingin kau sadari cintamu bukanlah dia
Ku ada di sini, pahamilah kau tak pernah sendiri
Karena aku selalu di dekatmu saat engkau terjatuh
Aku ingin kau merasa kamu mengerti aku mengerti kamu
Aku ingin kau pahami cintamu bukanlah dia
Dengar laraku, suara hati ini memanggil namamu
Karena separuh aku dirimu
Dengar laraku, suara hati ini memanggil namamu
Karena separuh aku, menyentuh laramu
Semua lukamu telah menjadi milikku
Karena separuh aku dirimu
Dahulu, di lautan
luas sering terjadi perkelahian antara ikan hiu Sura dengan Buaya. Mereka
berkelahi hanya karena berebut mangsa. Keduanya sama-sama kuat, sama-sama
tangkas, sama-sama cerdik, sama-sama ganas, dan sama-sama rakus. Sudah
berkali-kali mereka berkelahi belum pernah ada yang menang atau pun yang kalah.
Akhimya mereka mengadakan kesepakatan.
“Aku bosan
terus-menerus berkelahi, Buaya,” kata ikan Sura.
“Aku juga, Sura. Apa
yang harus kita lakukan agar kita tidak lagi berkelahi?” tanya Buaya.
Ikan Hiu Sura yang
sudah memiliki rertcana untuk menghentikan perkelahiannya dengan Buaya segera
menerangkan.
“Untuk mencegah
perkelahian di antara kita, sebaiknya kita membagi daerah kekuasaan menjadi
dua. Aku berkuasa sepenuhnyadi dalam air dan harus mencari mangsa di dalam air,
sedangkan kamu berkuasa di daratan dan mangsamu harus yang berada di daratan.
Sebagai batas antara daratan dan air, kita tentukan batasnya, yaitu tempat yang
dicapai oleh air laut pada waktu pasang surut!”
“Baik aku setujui
gagasanmu itu!” kata Buaya.
Dengan adanya
pembagian wilayah kekuasaan, maka tidak ada perkelahian lagi antara Sura dan
Buaya. Keduanya telah sepakat untuk menghormati wilayah masing-masing.
Tetapi pada suatu
hari, Ikan Hiu Sura mencari mangsa di sungai. Hal ini dilakukan dengan
sembunyi-sembunyi agar Buaya tidak mengetahui. Mula-mula hal ini memarig tidak
ketahuan. Tetapi pada suatu hari Buaya memergoki perbuatan Ikan Hiu Sura ini.
Tentu saja Buaya sangat marah melihat Ikan Hiu Sura melanggar janjinya.
“Hai Sura, mengapa
kamu melanggar peraturan yang telah kita sepakati berdua? Mengapa kamu berani
memasuki sungai yang merupakan wilayah kekuasaanku?” tanya Buaya.
Ikan Hiu Sura yang
tak merasa bersalah tenang-tenang saja. “Aku melanggar kesepakatan? Bukankah
sungai ini berair.
Bukankah aku sudah
bilang bahwa aku adalah penguasa di air? Nah, sungai ini ‘kan ada airnya, jadi
juga termasuk daerah kekuasaanku,” kata Ikan Hiu Sura.
“Apa? Sungai itu
‘kari tempatnya di darat, sedangkan daerah kekuasaanmu ada di laut, berarti
sungai itu adalah daerah kekuasaanku!” Buaya ngotot.
“Tidak bisa. Aku “kan
tidak pernah bilang kalau di air hanya air laut, tetapi juga air sungai,” jawab
Ikan Hiu Sura.
“Kau sengaja mencari
gara-gara, Sura?”
“Tidak! Kukira
alasanku cukup kuat dan aku memang di pihak yang benar!” kata Sura.
“Kau sengaja
mengakaliku. Aku tidak sebodoh yang kau kira!” kata Buaya mulai marah.
“Aku tak peduli kau
bodoh atau pintar, yang penting air sungai dan air laut adalah kekuasaanku!”
Sura tetap tak mau kalah.
“Kalau begitu kamu
memang bermaksud membohongiku ? Dengan demikian perjanjian kita batal! Siapa
yang memiliki kekuatan yang paling hebat, dialah yang akan menjadi penguasa
tunggal!” kata Buaya.
“Berkelahi lagi,
siapa takuuut!” tantang Sura dengan pongahnya.
Pertarungan sengit
antara Ikan Hiu Sura dan Buaya terjadi lagi. Pertarungan kali ini semakin seru
dan dahsyat. Saling menerjang dan menerkam, saling menggigit dan memukul. Dalam
waktu sekejap, air di sekitarnya menjadi merah oleh darah yang keluar dari
luka-luka kedua binatang itu. Mereka terus bertarung mati-matian tanpa
istirahat sama sekali.
Dalam pertarungan
dahsyat ini, Buaya mendapat gigitan Ikan Hiu Sura di pangkal ekornya sebelah
kanan. Selanjutnya, ekornya itu terpaksa selalu membelok ke kiri. Sementara
ikan Sura juga tergigiut ekornya hingga hampir putus lalu ikan Sura kembali ke
lautan. Buaya puas telah dapat mempertahankan daerahnya.
Pertarungan antara
Ikan Hiu yang bernama Sura dengan Buaya ini sangat berkesan di hati masyarakat
Surabaya. Oleh karena itu, nama Surabaya selalu dikait-kaitkan dengan peristiwa
ini. Dari peristiwa inilah kemudian dibuat lambang Kota Madya Surabaya yaitu
gambar ikan sura dan buaya.
Namun adajugayang
berpendapat Surabaya berasal dari Kata Sura dan Baya. Sura berarti Jaya atau
selamat Baya berarti bahaya, jadi Surabaya berarti selamat menghadapi bahaya.
Bahaya yang dimaksud adalah serangah tentara Tar-tar yang hendak menghukum Raja
Jawa.Seharusnya yang dihukum adalah Kertanegara, karena Kertanegara sudah tewas
terbunuh, maka Jayakatwang yang diserbu oleh tentara Tar-tar. Setelah
mengalahkan Jayakatwang orang-orang Tar-Tar merampas harta benda dan puluhan
gadis-gadis cantik untuk dibawa ke Tiongkok. Raden Wijaya tidak terima
diperlakukan sepereti ini. Dengan siasat yang jitu, Raden Wijaya menyerang tentara
Tar-Tar di pelabuhan Ujung Galuh hingga mereka menyingkir kembali ke Tiongkok.
Selanjutnya, dari
hari peristiwa kemenangan Raden Wijaya inilah ditetapkan sebagai hari jadi Kota
Surabaya.
Surabaya sepertinya
sudah ditakdirkan untuk terus bergolak. Tanggal 10 Nopmber 1945 adalah bukti
jati diri warga Surabaya yaitu berani menghadapi bahaya serangan Inggris dan
Belanda.
Di jaman sekarang,
pertarungan memperebutkan wilayah air dan darat terus berlanjut. Di kala musim
penghujan tiba kadangkala banjir menguasai kota Surabaya. Di musim kemarau
kadangkala tenpat-tempat genangan air menjadi daratan kering. Itulah Surabaya.
-->
Rujak cingur adalah salah satu makanan tradisional yang mudah
ditemukan di daerah Jawa Timur, terutama daerah asalnya Surabaya.
Dalam bahasa Jawa
kata cingur berarti "mulut", hal ini merujuk pada bahan irisan
mulut atau moncong sapi yang direbus dan dicampurkan ke dalam hidangan. Rujak
cingur biasanya terdiri dari irisan beberapa jenis buah seperti timun, kerahi (krai,
yaitu sejenis timun khas Jawa Timur), bengkuang,
mangga
muda, nanas,
kedondong,
kemudian ditambah lontong,
tahu, tempe, bendoyo, cingur, serta sayuran seperti kecambah/taoge, kangkung,
dan kacang panjang.
Semua bahan tadi dicampur dengan saus atau bumbu yang terbuat dari olahan petis udang, air matang untuk sedikit
mengencerkan, gula/gula merah,
cabai,
kacang tanah
yang digoreng, bawang goreng, garam, dan irisan tipis
pisang biji hijau yang masih muda (pisang klutuk). Semua
saus/bumbu dicampur dengan cara diulek, itu sebabnya rujak cingur juga
sering disebut rujak ulek. Dalam penyajiannya rujak cingur dibedakan
menjadi dua macam, yaitu penyajian 'biasa' dan 'matengan' (menyebut huruf e
dalam kata matengan seperti menyebut huruf e dalam kata: seperti/menyebut/bendoyo).
Penyajian 'biasa' atau umumnya, berupa semua bahan yang telah disebutkan di
atas, sedangkan 'matengan' (matang, Jawa) hanya terdiri dari bahan-bahan matang
saja; lontong, tahu goreng, tempe goreng, bendoyo (kerahi yang digodok)
dan sayur (kangkung, kacang panjang, taoge) yang telah digodok. Tanpa ada bahan
'mentah'nya yaitu buah-buahan, karena pada dasarnya ada orang yang tidak
menyukai buah-buahan. Keduanya memakai saus/bumbu yang sama. Makanan ini disebut rujak cingur karena bumbu
olahan yang digunakan adalah petis udang dan irisan cingur. Hal ini yang membedakan dengan makanan
rujak pada umumnya yang biasanya tanpa menggunakan bahan cingur tersebut. Rujak cingur biasa
disajikan dengan tambahan kerupuk, dan dengan alas pincuk (daun pisang)
atau piring.
Gudeg(bahasa Jawagudheg) adalah makanan khasYogyakartadanJawa Tengahyang terbuat darinangkamuda yang dimasak dengansantan. Perlu
waktu berjam-jam untuk membuat masakan ini. Warna coklat biasanya dihasilkan
oleh daunjatiyang dimasak bersamaan. Gudeg dimakan
dengannasidan disajikan dengan kuah santan
kental (areh),ayam kampung,telur,tahudan sambal gorengkrecek.
Ada berbagai varian gudeg, antara lain:
Gudeg
kering, yaitu gudeg yang disajikan denganarehkental, jauh lebih kental
daripada santan pada masakan padang.
Gudeg
basah, yaitu gudeg yang disajikan denganarehencer.
Gudeg
Solo, yaitu gudeg yang arehnya berwarna putih.
Anekdot
Penjual gudeg di Surakarta
Ada
sebuah cerita yang beredar dimasyarakatyang mengisukan bahwa warna coklat pada gudeg
dihasilkan daridarahayam yang ditambahkan pada masakan. Mitos ini tidak
benar, karena warna coklat dihasilkan dari daunjati.